Ini Alasan Syekh Ali Jaber Memilih Tinggal Di Inonesia Hingga Di Juluki Ali Zidane - Kabar Surabaya

Terbaru

Friday, January 15, 2021

Ini Alasan Syekh Ali Jaber Memilih Tinggal Di Inonesia Hingga Di Juluki Ali Zidane


Ini Alasan Syekh Ali Jaber Memilih Tinggal Di Inonesia Hingga Di Juluki Ali Zidane

 

Kabar Surabaya - Sebagaimana diketahui bersama bahwa pada hari Selasa kemarin ulama besar Syekh Ali Jaber telah wafat di Rumah Sakit Yarsi Jakarta. Meskipun awalnya dinyatakan positif COVID-19, namun setelah menjalani perawatan secata intensif di ICU, ulama yang terkenal santun ini dinyatakan negatif COVID. Namun hingga kini masih belum diketahui tentang apa yang menjadi penyebab dari wafatnya beliau.

 

Perjalanan Syekh Ali Jaber sebagai pendakwah rupanya tidak dilaluinya dengan instan. Beliau menjadi pndakwah karena bimbingan dari sang ayah yang juga memiliki profesi yang sama, Saat itu sang ayah sangat menginginkan agar anak pertama dari 12 bersaudara ini bisa meneruskan jejaknya sebagai seorang pendakwah.      

 


Didikan dari sang ayah ini rupanya cukup berhasil, terbukti, pada usia 10 tahun Syekh Ali Jaber telah mampu menghapal 30 Juz Al-Qur'an. Bahkan pada usia yang masih 13 tahun, dirinya telah menjadi imam disalah satu Masjid Madinah, tempat kelahirannya. Dari segi pendidikan, beliau memulai dari sekolah formal (tingkat SD hingga SMU) di Madinah. Setelah lulus sekolah beliau mulai belajar memperdalam ilmu Al-Qur'an dari Ulama-ulama besar di Madinah dan sekitarnya.

 

Setelah menikah dengan sang istri yang asli Lombok - NTB, Syekh Ali Jaber berkeinginan berkunjung ke Lombok tempat asal istrinya. Saat itu kunjungannya murni hanya bersilaturahmi dengan keluarga di Lombok saja, sekaligus jalan-jalan. Kunjungan ini dilakukan pada tahun 2008 waktu beliau berusia 32 tahun dan masih belum bisa berbahasa Indonesia. 

 

Saat bermain di Lombok ini rupanya sudah tersiar berita kalau Syekh Ali Jaber adalah salah satu Iman di Masjid Madinah. Banyak dari masyarakat Lombok yang mengira kalau Masjid Madinah, pastilah masjid Nabawi. Hal ini membuat beliau sering menjadi Imam dan guru tahfidz di Lombok, meskipin saat itu masih belum bisa berbahasa Indonesia. 

 

Waktu di Lombok inilah karir sebagai pendakwah dimulai. Pesona Lombok yang indah dan keramahan masyarakatnya membuatnya kerasan di Indonesia. Syekh Ali Jaber juga sering bermain bola bersama warga dan dijuluki sebagi Ali Zidane, karena wajahnya yang mirip dengan Zidane Zidan.

 

Perjalanan karirnya mulai menanjak saat beliau pergi ke Jakarta. Waktu itu beliau mengunjungi seseorang di kawasan Menteng - Jakarta. Saat mendekati waktu Sholat Maghrib beliau diajak untuk menjadi imam di Masjid Sunda Kelapa. Dari sinilah banyak jema'ah yang suka dengan bacaan ayat suci Al-wur'an yang dibawanya. Sehingga beliau dikontrak untuk menjadi iman Shalat Terawih saat bulan Ramadhan. 

 

Dari sini karirnya terus menanjak hingga masuk menjadi pendakwah di TV Nasional. Pada tahun 2012 Akhirnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadikannya WNI. Namun meskipun sudah terkenal, beliau tetap meneruskan dakwahnya hingga ke pelosok daerah-daerah yang terpencil. Selamat jalan Syekh Ali Jaber, Indonesia sangat kehilanganmu.... (yyan)


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad