19 Hari Menghilang, Siswi SMP Ditemukan di Hotel Bersama 4 Pria Dewasa dan Paket Sabu
Kabar Surabaya — Suasana haru dan campur cemas menyelimuti keluarga RAB (15), seorang siswi SMP asal Surabaya, ketika polisi akhirnya mengabarkan bahwa putri mereka ditemukan dalam kondisi selamat setelah menghilang selama 19 hari. Namun kabar baik itu diiringi kenyataan pahit—RAB ditemukan di sebuah kamar hotel kawasan Tegalsari, Surabaya, bukan sendirian, melainkan bersama empat pria dewasa dan satu perempuan. Lebih mengejutkan lagi, dari kamar tersebut polisi juga menyita sejumlah paket sabu-sabu lengkap dengan alat isapnya.
Kisah ini bermula pada 28 Mei 2025, saat RAB dinyatakan hilang dari rumah. Keluarganya yang khawatir segera melapor ke kepolisian. Selama hampir tiga minggu, keberadaan gadis itu menjadi misteri—hingga pada Senin, 16 Juni 2025, sebuah informasi mengarah ke hotel yang kemudian menjadi lokasi penggerebekan oleh tim dari Polsek Tegalsari.
Dalam kamar tersebut, petugas menemukan enam bungkus kecil sabu, bong, dan timbangan digital. Bersama RAB, turut diamankan lima orang: empat pria berusia antara 18 hingga 23 tahun, serta satu perempuan dewasa berusia 20 tahun yang belakangan diketahui berinisial LZV—diduga sosok yang mengajak RAB keluar rumah.
Dugaan TPPO dan Perdagangan Seksual
Lebih jauh, hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa RAB kemungkinan besar menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Polisi menduga ia direkrut melalui aplikasi media sosial oleh seseorang yang menjanjikan "pekerjaan" atau "penghasilan cepat". Gadis belia itu kemudian diduga disalurkan sebagai pekerja seks melalui skema “open BO”, istilah slang untuk prostitusi online.
Namun penyelidikan belum rampung. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya kini mendalami apakah benar terjadi persetubuhan di bawah umur, serta siapa saja yang terlibat dalam jaringan yang menjerat RAB.
"Yang menangani dugaan TPPO dan persetubuhan anak adalah Unit PPA. Kami sudah kembalikan korban ke keluarganya agar bisa segera mendapatkan pendampingan,” kata Kompol Rizki.
Tes Urine Positif, Rencana Rehabilitasi Terganjal Kekhawatiran
/div>
Namun, di sinilah tantangan baru muncul. Sang ayah, yang masih syok dengan kondisi anaknya, menolak pengobatan di Rumah Sakit Jiwa Menur, karena khawatir putrinya akan mendapatkan stigma sosial sebagai "anak gila". Padahal, rehabilitasi rawat inap atau rawat jalan menjadi langkah penting untuk membersihkan pengaruh zat berbahaya yang mungkin telah merusak kondisi mental dan fisik RAB.
“Kami ingin mendampingi anak ini secara psikologis. Tapi butuh izin keluarga. Kami berharap keluarga bisa memahami bahwa ini bukan stigma, ini pemulihan,” ujar Kepala DP3APPKB, Ida Widayati, dengan nada prihatin.
Di Antara Trauma dan Pemulihan
RAB kini berada di bawah pengawasan keluarganya, namun proses penyembuhan masih jauh dari selesai. Ia bukan hanya menghadapi trauma akibat dugaan eksploitasi seksual dan penyalahgunaan narkoba, tetapi juga tekanan sosial sebagai "anak hilang yang ditemukan di hotel bersama pria dewasa". Belum lagi beban psikis dari kehilangan arah dan rasa percaya pada orang dewasa di sekitarnya.
Sementara itu, pihak kepolisian terus menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas penghilangan dan eksploitasi RAB. Lima orang dewasa yang bersamanya saat ditemukan kini menjalani pemeriksaan intensif oleh Satresnarkoba dan Unit PPA.
Potret Kecil Masalah Besar
Kisah RAB menjadi potret kecil dari masalah besar yang sedang dihadapi generasi muda: kerentanan terhadap eksploitasi digital, narkoba, dan kekerasan seksual. Di balik layar media sosial, banyak anak-anak dan remaja yang terjerat perangkap “penghasilan cepat”, hanya untuk terdampar dalam jurang yang lebih gelap.
Bagi Surabaya—dan Indonesia secara luas—kasus ini menjadi pengingat penting bahwa perlindungan terhadap anak bukan hanya tanggung jawab keluarga, tapi juga sekolah, pemerintah, komunitas, dan platform digital. Satu anak yang selamat adalah satu masa depan yang dipulihkan.
No comments:
Post a Comment