Ratusan Ikan Ditemukan Mati di Sungai Surabaya, Ecoton Temukan Kadar Oksigen Ekstrem Rendah - Kabar Surabaya

Tuesday, May 20, 2025

demo-image

Ratusan Ikan Ditemukan Mati di Sungai Surabaya, Ecoton Temukan Kadar Oksigen Ekstrem Rendah

 
pexels-ozgomz-1578445(1)
ati di Sungai Surabaya, Ecoton Temukan Kadar Oksigen Ekstrem Rendah


Kabar Surabaya - Fenomena mengejutkan terjadi di aliran Sungai Surabaya yang melintasi kawasan Wringinanom, Kabupaten Gresik, pada Senin (19/5/2025), ketika ratusan ikan ditemukan mati mengambang di permukaan air.


Merespons kejadian ini, tim dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) langsung melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas air. Hasil awal menunjukkan kondisi yang memprihatinkan.



Alaika Rahmatullah, peneliti dari Ecoton, menyebut bahwa kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) tercatat hanya sebesar 0,1 mg/L. Angka ini sangat jauh di bawah ambang batas minimal 4 mg/L sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Air Sungai Kelas 2.

“Matinya ikan dalam jumlah besar adalah sinyal bahaya serius. Ini bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga persoalan kesehatan publik serta kelangsungan sumber daya air kita,” ujar Alaika.


Ia menambahkan, kadar oksigen yang sangat rendah menandakan kondisi perairan yang hampir tidak bisa menopang kehidupan organisme akuatik. Hal ini kemungkinan besar dipicu oleh tingginya kandungan polutan organik, limbah industri, serta hilangnya vegetasi peneduh yang penting untuk kestabilan suhu dan kualitas air.


Spesies ikan yang ditemukan mati umumnya adalah jenis lokal, seperti Rengkik, Keting, Bader Putih, dan Bader Merah. Jenis-jenis ini dikenal sebagai bioindikator alami kondisi ekosistem sungai.

“Kematian ikan-ikan ini menunjukkan bahwa Sungai Surabaya sudah berada dalam kondisi kritis dan tidak lagi mampu mendukung kehidupan biologis akibat pencemaran berat,” jelas Alaika.


Ia juga menyoroti lemahnya pengelolaan sungai serta kurangnya koordinasi dan pengawasan lintas lembaga. Menurut catatan Ecoton, terdapat berbagai permasalahan sistemik yang memperburuk situasi, antara lain kurangnya penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran, minimnya keterbukaan informasi mengenai kualitas air, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap data lingkungan secara waktu nyata.

“Fakta bahwa pencemaran ini terjadi menjelang musim kemarau, saat debit air menurun dan pengenceran limbah berkurang, memperparah kondisi sungai. Banyak industri yang memanfaatkan situasi ini untuk membuang limbah cair tanpa kontrol yang memadai,” tambahnya.


/div>

Penelitian terdahulu Ecoton juga menemukan jejak mikroplastik dan logam berat dalam air, ikan, hingga kerang yang berasal dari kawasan Sungai Surabaya, memperkuat dugaan terjadinya pencemaran kronis.


Menanggapi situasi tersebut, Ecoton mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan BBWS Brantas untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap sumber pencemar di hulu, meningkatkan sistem pemantauan kualitas air, menerapkan sanksi tegas kepada industri pelanggar, serta mewajibkan keterbukaan data hasil uji laboratorium kepada publik.

“Peristiwa ini tidak boleh dianggap sebagai insiden biasa. Ini adalah akibat akumulatif dari kegagalan tata kelola sungai yang sistemik,” tegas Alaika.


Ia mengingatkan bahwa Sungai Surabaya merupakan sumber air baku utama bagi PDAM Surya Sembada, yang melayani jutaan warga Surabaya. Dengan demikian, pencemaran sungai berpotensi langsung mengancam kualitas air minum masyarakat.

“Jika tidak segera dilakukan reformasi pengelolaan lingkungan secara menyeluruh, insiden seperti ini bukan hanya akan terulang, tetapi juga membawa dampak yang lebih besar, baik bagi ekosistem maupun kehidupan manusia,” tutupnya.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Contact Form

Name

Email *

Message *

Contact Form

Name

Email *

Message *