Insiden Meja Tamu Picu Demo ASN Di Kemenristekdikti
Kabar Surabaya – Sejumlah pegawai ASN Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menggelar aksi damai di depan kantor kementerian tersebut. Aksi ini bertujuan menuntut keadilan atas pemecatan sepihak yang dialami salah satu rekan mereka, Neni Herlina.
Pemicu Pemecatan Neni Herlina
Menurut Neni, keputusan pemberhentiannya dipicu oleh insiden yang sepele, yaitu terkait pergantian meja kerja di ruang Menteri Kemendiktisaintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro. “Permintaan pergantian meja itu datang dari istri beliau usai pelantikan. Namun, kejadian tersebut menjadi alasan saya ditandai dan kemudian diberhentikan,” ungkap Neni di sela-sela aksi.
Neni menambahkan, pemecatan tersebut dilakukan secara terbuka di hadapan staf lain, termasuk pegawai magang. “Ini sangat merendahkan, dilakukan di depan banyak orang. Saya berharap ini tidak terjadi lagi pada pegawai lainnya,” ujarnya.
Protes Pegawai dan Sorotan terhadap Sosok Istri Menteri
Aksi yang dilakukan pagi ini diwarnai dengan spanduk bernada kritik. Salah satunya bertuliskan, “Institusi Negara Bukan Perusahaan Pribadi Satryo dan Istri.” Kritik ini turut menyeret nama Silvia Ratnawati, istri Menteri Satryo, yang diduga memiliki peran dalam pengambilan keputusan internal kementerian.
Tanggapan DPR dan Kemendiktisaintek
Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan pihaknya akan mengevaluasi kinerja Menteri Satryo menyusul insiden ini. “Kami akan meminta komisi terkait untuk melakukan pemantauan dan evaluasi. Polemik ini perlu dipelajari lebih lanjut,” katanya.
Sementara itu, Sekjen Kemendiktisaintek, Togar M. Simatupang, menyatakan bahwa kementerian tetap membuka ruang dialog untuk mencari solusi terbaik. “Kami menghargai penyampaian aspirasi dari para pegawai. Proses yang terjadi bukan keputusan hitam putih, melainkan bagian dari dinamika organisasi,” jelas Togar.
Ia juga membantah tuduhan bahwa pemecatan dilakukan secara sepihak. “Ada standar mutu yang harus dijaga oleh setiap individu. Proses mutasi atau perubahan masih terbuka untuk dibicarakan,” tambahnya. /div>
Harapan Pegawai
Dalam aksinya, para pegawai berharap agar kejadian seperti ini tidak terulang di masa depan. “Kami ingin bekerja tanpa rasa takut atau ancaman. Tidak ada lagi Neni-Neni lain yang harus menghadapi perlakuan serupa,” ujar salah satu peserta aksi.
Aksi damai ini menjadi pengingat bahwa keadilan dan transparansi dalam pengelolaan institusi publik adalah hal yang tidak dapat ditawar.
No comments:
Post a Comment