Tak Sepakat Dengan Pemkot Surabaya, Warga Kawasan Ini Tolak Pembangunan Ruang Isolasi Mandiri
Kabar Surabaya - Sebagaimana diketahui bersama, bahwasaanya saat ini hampir seluruh wilayah di Provinsi Jawa Timur telah masuk ke dalam Zona Merah. Hal ini berarti potensi penularan virus Covid-19 di kawasan ini sangatlah tinggi. Hal ini terbukti dengan penambahan kasus yang cukup tinggi sehingga banyak rumah sakit tidak mampu lagi menerima pasien Covid-19. Bahkan banyak pihak yang menyebut kalau Indonesia telah menjadi epicentrum baru dikawasan Asia Tenggara.
Kondisi ini rupanya juga dialami oleh Kota Surabaya.yang peningkatan kasusnya menjadi yang tertinggi di Provinsi Jatim. Oleh karena itu, saat ini Walikota Surabaya Eri Cahyadi telah menginstruksikan kepada seluruh jajarannya untuk melakukan penanganan Virus Covid-19 dengan cepat dan serius. Beliau tidak ingin banyak warga yang menjadi korban dari keganasan dari Virus Covid-19 ini.
Instruksi dari Wali Kota Surabaya ini mencakup empat hal, yaitu
1. Menyiapkan Fasilitas Isoman di tiap Kelurahan
Harapannya di tiap Kelurahan akan ada fasilitas Isoman bagi warga yang tanpa gejala (OTG) atau bergejala ringan. Fasilitas ini memanfaatkan fasilitas milik Pemkot Surabaya, seperti gedung sekolah negeri.
2. Siapkan RS Darurat
Siapkan tiga Rumah Sakit darurat di Lapangan Tembak Kenjeran, Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) dan Lapangan Kalibokor. Saat ini RS Darurat Lapangan Tembak sudah mulai beroperasi, sedangkan RS Darurat Stadion GBT sudah mulai dipersiapkan.
Saat ini bagi warga yang merasa menjadi kontak erat dengan pasien Covid-19 atau mengalami gejala Covid-19 bisa datang ke Puskesmas untuk mendapatkan SWAB secara gratis. Karena Pemkot Surabaya telah membagikan 40ribu SWAB Antigen ke 63 Puskesmas
4. Tracing Cepat
Untuk memutus mata rantai penularan Virus Covid-19, salah satu yang harus dilakukan adalah pelaksanaan Tracing secara cepat. Oleh karena itu Pemkot Surabaya telah menugaskan staff Kecamatan dan Kelurahan untuk bisa melakukan tracing dengan cepat. Hal ini mutlak dilakukan agar tidak terjadi keterlamatan penanganan.
Hal ini seperti yang terjadi dikawasan Gubeng Surabaya. Warga RW 02 Gubeng Jaya dan warga RT 14 RW 02 Gubeng Jaya secara tegas menolak rencana Pemkot Surabaya untuk menjadikan SDN Gubeng I sebagai lokasi isolasi pasien COVID-19 karena lokasinya yang dianggap tidak sesuai dengan syarat penanganan COVID-19.
Warga beralasan kalau lokasi SD tersebut berada di tengah-tengah pemukiman penduduk dan akses jalannya yang sempit. Warga khawatir kalau suara sirine Ambulance malah akan membuat warga sekitar resah.
“Kita sepakat menolak, karena lokasi SD Gubeng 1 ini berada ditengah pemukiman warga yang padat penduduk,” kata Haji Chusaini Tokoh Masyarakat sekaligus warga RT 14 RW 02
Sedangkan Joko Susanto sebagau Ketua dari RW 02 mengaku belum mandapatkan sosialisasi dari pihak Pemkot Surabaya mengenai dijadikannya gedung Sekolah SD Gubeng I sebagai gedung isolasi.
Vidio dari penolakan warga ini juga menjadi viral melalui berbagai media sosial. Dalam vidio tersebut terdapat pria berkaos coklat dan bertopi putih dengan lantang menyampaikan penolakannya. "Saya warga Gubeng Jaya, Menolak adanya rencana dari pihak Kecamatan atau Kelurahan atau pihak manapun tentang Isoman yang ditempatkan di sekolah. Ini sekolah, bukan rimah sakit, dan ini warga Gubeng Jaya adalah warga yang steril. Kami akan menolak".
Selain itu juga terdapat warga berkemeja hitam yang juga menyuarakan penolakannya lewat vidio. "Kami akan menolak, karena ini sekolah bukan rumah sakit. Rumah sakit banyak sekali yang menolak, kok malah dimasukkan ke sekolahan"
Lalu ada pula pria berkemeja putih yang ikutbersuara, " Harusnya kan koordinasi dulu sama RT/RW, kok moro-moro ada begini. Saya sebagai KPM, menolak !!!".
Hingga berita ini diturunkan, masih belum ada tanggapan dari pihak Pemkot Surabaya mengenai adanya penolakan warga Gubeng ini (ytf_)
No comments:
Post a Comment