Kabar Surabaya– Rekosistem, startup climate-tech Indonesia, mengumumkan peluncuran Reko Hub Driyorejo seluas 16,000 meter persegi bekerja sama bersama dengan Milion Limbah Indonesia untuk melayani beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur. Dengan penambahan Reko Hub Driyorejo ini, kapasitas pengelolaan sampah anorganik dan daur ulang Rekosistem di daerah ini naik dari 15,000 ton menjadi 50,000 ton setiap tahunnya, dengan target tingkat daur ulang anorganik (recycling rate) naik menjadi 80% berkat fasilitas daur ulang plastik bernilai rendah (low-value plastic atau LVP) yang disediakan oleh Rekosistem dan Million Limbah Indonesia.
Sebelumnya, untuk sampah dari Jawa Timur, Rekosistem menggunakan Reko Hub yang terletak di kawasan Made, Surabaya dengan kapasitas sebesar 15,000 ton. Reko Hub ini sebagian besar menangani sampah dari 12,000 rumah.
“Jawa Timur merupakan salah satu fokus kami, mengingat produksi sampahnya yang menduduki peringkat kedua di Indonesia yaitu sekitar 5 juta ton sampah per tahunnya. Sejauh ini, tingkat daur ulang Rekosistem di Jawa Timur sudah mencapai 70% sejalan dengan yang ditargetkan pada JAKSTRANAS (Kebijakan dan Strategi Nasional), PERPRES No. 97 Tahun 2017 dengan target pengurangan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga sebanyak 30% dan penanganan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga sebanyak 70% di 2025. Dengan fokus penerapan metode ekonomi sirkular dan menggandeng Milion Limbah Indonesia sebagai mitra strategis, Reko Hub Driyorejo juga didesain untuk pengolahan sampah berjenis plastik bernilai rendah yang biasanya berakhir di TPA dan tidak didaur ulang, sehingga turut berkontribusi terhadap peningkatan persentase pemulihan material menjadi 80%,” ungkap Ernest Layman, Co-founder dan Chief Executive Officer Rekosistem.
Reko Hub Driyorejo merupakan evolusi dari Reko Hub Rekosistem sebelumnya yang berfokus untuk menampung, memilah, mendata dan mengolah sampah yang nantinya akan disalurkan kepada industri daur ulang serta tempat pemrosesan sampah yang bertanggung jawab sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, transportasi, dan waktu yang digunakan untuk proses daur ulang dari hulu ke hilir.
Alex Chandra, Co-founder & CEO Million Limbah Indonesia menjelaskan bahwa alasan mengapa plastik bernilai rendah atau LVP memiliki tingkat daur ulang yang sangat rendah adalah karena kelangkaan teknologi serta tingkat kompleksitas pemrosesannya sehingga jenis plastik ini masih banyak dikategorikan sebagai sampah residu. “Kami sangat senang bekerja sama dengan Rekosistem dalam upaya bersama kami untuk meningkatkan persentase daur ulang di Indonesia melalui pengolahan sampah dengan lebih banyak jenis, karena masalah sampah di Indonesia bukan hanya jenis sampah plastik bernilai, namun juga residu yang banyak diabaikan oleh pemain lainnya. Dengan begitu, tingkat pemulihan materi yang lebih baik bisa dicapai mengingat bahwa layanan penjemputan sampah yang dilakukan Rekosistem banyak menjangkau kawasan pemukiman penduduk.” ungkap Alex. (Ckm)
No comments:
Post a Comment