Kasus Tewasnya Santri, Pihak Pondok Beralasan Kelelahan, Saat Peti Dibuka Banyak Tanda Kekerasan - Kabar Surabaya

Terbaru

Thursday, September 8, 2022

Kasus Tewasnya Santri, Pihak Pondok Beralasan Kelelahan, Saat Peti Dibuka Banyak Tanda Kekerasan

Kasus Tewasnya Santri, Pihak Pondok Beralasan Kelelahan, Saat Peti Dibuka Banyak Tanda Kekerasan

 

Kabar Surabaya - Saat ini Indonesia sedang menghadapi banyak kasus kekerasan, Bahkan beberapa diantaranya berujung pada tewasnya salah satu pihak. Sebut saja kasus Irjen Sambo, yang saat ini masih dalam pemeriksaan. Selain itu juga ada kasus warga sipil yang menusuk personel TNI. Mirisnya, beberapa waktu lalu juga terjadi kasus kekerasan yang terjadi pada lingkungan Pondok Pesantren.

 


Kasus kekerasan pada Pondok Pesantren ini memiliki cerita yang mirip dengan kasus Brigadir J yang tewas pada kasus Irjen Sambo. Saat jenasah korban sampai kerumah, pihak keluarga diberikan info kalau korban mengalami kelelahan setelah melakukan kegiatan bersama. Namun saat peti jenazah dibuka, tampaklah bekas atau tanda-tanda yang diduga merupakan akibat dari tindakan kekerasan. 

 

Tragisnya, kasus tewasnya santri ini malah terjadi di Pondok Pesantren yang sangat terkenal sampai ke luar negeri, yaitu Pondok Gontor. Tepatnya di Pondok Gontor Putra Ponorogo Jawa Timur. Kronologisnya berawal dari kegiatan rutin Pramuka Gontor, yaitu Perkemahan Kamis - Jum'at (Perkajum). Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 sampai 19 Agustus 2022. Kegiatan ini diikuti oleh 500 siswa santri Gontor.


Seusai acara tersebut, pada hari Sabtu dan Minggu (20-2i/08/2022), semua perlengkapan Perkajum dikembalikan lagi ke gudang. Kemudian pada hari Senin (22/08/2022), santri senior, yaitu santri kelas VI melakukan pengecekan terhadap barang yang telah dikembalikan. Rupanya beberapa barang diketahui belum kembali. Hal ini kemudian ditanyakan kepada korban yang bernama Albar Mahdi. karena korban merupakan Ketua Panitia pelaksanaan Perkajum tersebut.

 

Saat ditanya inilah, korban menjawab tidak tahu. Hal inilah yang kemudian diduga menjadi pemicu terjadinya tindakan kekerasan kepada korban. Saat itu, korban diduga mendapatkan kekerasan fisik berupa pukulan dan tendangan dengan keras. Hingga akhirnya korban tewas di lokasi kejadian pada pukul 06.00wib. Selain Albar, tindakan kekerasan ini juga menimpa dua teman Albar yang lain, namun keduanya hanya menderita luka ringan saja.

 

Meskipun peristiwa ini terjadi pada pukul 06.00wib, namun orang tua korban baru mendapatkan kabar pada sekitar pukul 10.00wib. Menurut pihak Pondok Gontor, keterlambatan tersebut dikarenakan adanya proses konfirmasi kepada tiga pimpinan Pondok Pesantren. Sayangnya saat itu informasi yang diberikan pihak Gontor kepada orang tua korban mengenai penyabab kematiannya adalah faktor kelelahan.

 


Saat jenazah korban tiba di rumah, salah satu ustadz pendamping yang bernama Agus tetap mengatakan bahwa korban mengalami kelelahan akibat mengikuti Perkajum. Namun saat peti jenazah tersebut dibuka, tampaklah ada bekas-bekas tindakan kekerasan pada tubuh korban. Saat itu Ibu korban, yaitu Soimah sudah bermaksud untuk memanggil Tim Foreksik dan siap untuk memanggil autopsi.

 

Setelah didesak, Ustadz Agus baru menjelaskan kalau korban meninggal dunia karena adanya unsur kekerasan fisik. Kejadian ini sontak membuat orang tua korban kecewa, karena merasa kalau pihak Gontor menutupi kejadian tragis yang menimpa anaknya.

 

Dalam perkembangan terbarunya, pihak Pondik Gontor mempersilahkan pihak Kepolisian untuk melakukan penyelidikan atas kasus santri bunuh santri ini. Saat ini santri yang diduga melakukan kekerasan tersebut sudah dikeluarkan oleh pihak Gontor dan dikembalikan kepada orang tuanya masing-masing. (yyan)        


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad