Legenda Black Widow Asli Surabaya, Mata-Mata Super Jaman Penjajahan - Kabar Surabaya

Terbaru

Monday, September 11, 2023

Legenda Black Widow Asli Surabaya, Mata-Mata Super Jaman Penjajahan

Legenda Black Widow Asli Surabaya, Mata-Mata Super Jaman Penjajahan


Kabar Surabaya - Figur Black Widow dalam film Avenger diceritakan sebagai sosok mata-mata super yang dilatih untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Meskipun sosoknya berupa wanita, namun kepintaran dan kemampuannya bela diri sangat ditakuti oleh lawan. Indonesia sendiri rupanya juga memiliki sosok yang perannya sama dengan Black Widow. Uniknya lagi sosok tersebut merupakan kelahiiran asli Kota Surabaya.



Nama Black Widow yang merupakan arek Suroboyo ini bernama Sofia WD. Dara berparas cantik ini kelahiran Kota Surabaya pada 12 Agustus 1924. Sejatinya, pada tahun 1920-an, orang tua yang menamakan anaknya dengan nama Sofia tentunya sangat jarang sekali. Nama Sofia lebih identik dengan nama orang di kawasan Eropa, seperti Rusia dan Bulgaria. 


Padahal kedua orang tuanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI) asli, dimana ayahnya berprofesi sebagai PNS dan ibunya adalah guru sekolah dasar. Sofia sendiri merupakan anak ke-7 dari pasangan tersebut. Sejak kecil wanita yang cukup aktif ini sangat pandai dalam hal yang berhubungan dengan seni, seperti menyanyi, menari maupun bermain drama. 


Selain pandai dalam hal seni, Sofia juga moncer dalam hal akademik. Setelah lulus dari SMAN 1 Surabaya, dirinya lantas diterima di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1940. Kemudia pada tahun 1942, Sofia bergabung dengan organisasi perjuangan bernama Barisan Pelopor. Pada saat itu, Indonesia dalam masa penjajahan Jepang.


Pada organisasi tersebut, Sofia langsung didampuk sebagai agen intelegen. Tugasnya adalah mengumpulkan informasi dan menyusun rencana operasi. Seperti halnya yang dilakukan di kawasan Mojokerto dengan meledakkan Jembatan Kereta api pada tahun 1943. Perbuatannya itu kemudian membuat Jepang marah besar dan menangkapnya. Namun berkat kecerdikannya, agen mata-mata Indonesia ini berhasil lolos dari jeruji besi.


Uniknya, setelah lepas dari tawanan Jepang, Sofia malah menyamar sebagai tawanan Belanda. Hingga akhirnya dibawa ke Jakarta (Batavia). Disinilah Sofia bertemu dengan sutradara besar asal Belanda bernama Albert Balink. Pertemuan tersebut membuat nama Sofia sebagai Artis menjadi besar, bahkan menjadi artis pertama dari Indonesia. Hal ini berkat perannya dalam film Terang Boelan (1944). Film tersebut mengisahkan cinta terlarang antara tentara Balanda dan wanita pribumi.


Setelah membintangi banyak film, Sofia juga menyutradarai beberapa film lainnya seperti Air Mata Iboe (1951), Asrama Dara (1958), dan Tiga Dara (1959). Namun sebagai agen intelejen sejati, peran Sofia tetaplah pada tugas utamanya, yaitu mata-mata. Selama berkeliling untuk bermain dan menyutradari film, dirinya tetap bertugas untuk mengumpulkan informasi penting mengenai situasi militer, bahkan termasuk menyelundupkan persenjataan bagi tentara Indonesia.


Salah satu peristiwa penting Indonesia yang melibatkan Sofia adalah G-30SPKI. Pada saat Sofia melakukan syuting Film Tiga Dara di Ygjakarta. Ketika itu dirinya mendapatkan informasi dari koleganya mengenai adanya isu penculikan para Jendral TNA AD,lengkap beserta lokasinya. Informasi ini langsung diteruskan kepada Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya, Mayjen Suharto.


Berkat informasi inilah, Gerakan Kudeta oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil digagalkan. Berkat jasanya ini, Sofia dianugrahi Bintang Mahaputra Adhipradana. Bahkan Amerika Serikat juga mengakui Sofia sebagai agen Intelegen terbaik di kawasan Asia Tenggara. Hal ini membuatnya diundang oleh Presiden USA Lyndon B Johnson ke gedung putih pada tahun 1966. (yyan) 


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad