Detik-Detik Jelang Gedung Negara Grahadi Terbakar Hebat, Gubenur Khofifah Sempat Berdialog Dengan Massa - Kabar Surabaya

Terbaru

Sunday, August 31, 2025

Detik-Detik Jelang Gedung Negara Grahadi Terbakar Hebat, Gubenur Khofifah Sempat Berdialog Dengan Massa

Detik-Detik Jelang Gedung Negara Grahadi Terbakar Hebat, Gubenur Khofifah Sempat Berdialog Dengan Massa


Kabar Surabaya - Malam itu, Sabtu (30/8/2025), Gedung Negara Grahadi yang berdiri megah di jantung Kota Surabaya, berubah menjadi lautan amarah. Ribuan massa berbondong-bondong mendatanginya, suara teriakan mereka menggema di sepanjang Jalan Gubernur Suryo. Satu tuntutan dikumandangkan: “Bebaskan kawan-kawan kami yang ditahan!”



Koordinator lapangan berdiri di atas pagar besi, wajahnya memerah, tangannya mengepal menantang langit. Ia berteriak lantang, “Kami tak akan pulang sebelum mereka bebas! Jika tidak, kami akan membebaskan dengan cara kami sendiri!” Suara itu disambut sorak ribuan orang, bergemuruh seperti gelombang amarah yang siap menerjang.


Di halaman, barisan TNI AD berdiri tegak, hanya berjarak beberapa langkah dari kerumunan. Tanpa senjata berat, tanpa water canon, mereka hanya menjadi benteng manusia yang tenang menghadapi gelombang massa. TNI memilih membuka ruang, membiarkan orasi berkumandang, berusaha menjadi jembatan di tengah bara yang hampir menyala.


Perwakilan massa sempat berdialog, dan malam itu pula Pangdam V Brawijaya bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa datang menemui. Khofifah dengan suara menenangkan berjanji, “Dua sudah dibebaskan, yang lain akan segera menyusul malam ini. Saya akan koordinasi langsung dengan Kapolda.” Sesaat, massa hening—seperti bara yang ditaburi air.


/div>

Namun, waktu berjalan. Janji belum juga berbuah nyata. Dan pada pukul 21.30 WIB, kesabaran itu pecah. Batu-batu melayang, pagar gedung diguncang, dan teriakan berubah jadi letupan. Massa merangsek dari sisi barat, merusak dan menjarah ruangan wartawan.


Lalu, api benar-benar menyala. Bom molotov dilemparkan, kaca pecah berhamburan, dan dalam hitungan menit, kobaran api melahap ruang kerja Wakil Gubernur Emil Dardak. Dentuman keras terdengar dari sisi kanan bangunan, disusul asap pekat yang menjulur ke langit malam.


Petugas pemadam kebakaran bergegas masuk melalui pintu belakang, sirene meraung di tengah kepanikan. Namun api sudah lebih cepat, menjilat setiap sudut ruangan, mengubah berkas, meja, dan kursi menjadi arang.


Malam itu, Surabaya menyaksikan sendiri bagaimana api kemarahan berubah menjadi api kebakaran. Gedung bersejarah, saksi perjalanan Jawa Timur, terbakar bukan hanya oleh molotov, tetapi juga oleh amarah yang tak kunjung padam.



No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad