Efek Brimob Lindas Ojol, Ribuan Rekan Ojol Mengepung, Teriakan Aksi Besar Pada Jum'at Esok
Kabar Surabaya — Suasana di sekitar Markas Komando Brimob berubah mencekam. Ribuan pengemudi ojek online (ojol) dengan jaket hijau dan kuning memadati jalanan, menyalakan klakson motor, dan meneriakkan satu kata yang sama: “Keadilan!”
Mereka datang bukan tanpa alasan. Mereka datang dengan luka, dengan amarah, dengan duka mendalam atas tragedi yang merenggut nyawa salah satu rekan mereka, Affan Kurniawan, dan melukai sahabatnya, Moh. Umar Amirudin.
Jeritan di Tengah Lalu Lintas Jakarta
“Affan bukan sekadar nama, dia adalah saudara kami!” teriak seorang pengemudi ojol dengan mata berkaca-kaca, suaranya pecah di tengah hiruk pikuk klakson motor yang meraung tak henti.
/div>
Ketegangan semakin memuncak ketika seorang anggota polisi terlihat menjadi sasaran amuk massa. Emosi meledak, tangan-tangan yang selama ini menggenggam setang motor kini menghantam seragam aparat. Polisi itu berhasil diselamatkan, namun kejadian itu menjadi bukti nyata: luka di hati para ojol sudah terlalu dalam.
“Kami tak akan diam! Darah saudara kami harus dibayar dengan keadilan!” pekik seorang koordinator aksi di atas sepeda motornya, disambut riuh sahutan ribuan pengemudi lain.
Seruan Aksi Lebih Besar
Di grup-grup WhatsApp dan Telegram komunitas ojol, pesan berantai beredar tanpa henti: “Besok, setelah Salat Jumat, kita hijaukan Jakarta. Kita kuningkan jalanan. Kita tuntut keadilan untuk Affan dan Umar.”
Rencana aksi besar-besaran pada Jumat (29/8/2025) membuat suasana Jakarta kian tegang. Aparat kepolisian menutup beberapa akses menuju Mako Brimob, namun gelombang manusia berseragam ojol terus berdatangan, seakan tak peduli pada barikade.
Gelombang Amarah Publik
Di dunia maya, tagar #PolisiPembunuh membara. Ribuan unggahan membanjiri linimasa, berisi foto Affan, doa untuk Umar, dan sumpah serapah pada aparat yang dianggap lalai menjaga nyawa rakyat.
“Nyawa manusia tidak semurah itu! Hari ini Affan, besok bisa siapa saja dari kami!” tulis seorang warganet, menyuarakan ketakutan sekaligus kemarahan.
Meski Kapolri dan pihak Istana telah meminta maaf, bagi para ojol, permintaan itu hanyalah kata-kata. Yang mereka tuntut adalah tindakan nyata: pengusutan, keadilan, dan hukuman bagi pelaku.
Malam yang Panjang
Malam itu, Jakarta tak hanya diramaikan oleh bunyi klakson motor, tapi juga oleh tangisan dan teriakan. Di depan Mako Brimob, ribuan ojol berdiri tegak, bukan hanya sebagai pengemudi ojek online, tetapi sebagai saudara yang kehilangan salah satu anggotanya.
Bagi mereka, Affan bukan sekadar korban, melainkan simbol. Simbol bahwa rakyat kecil bisa terinjak kapan saja, bahkan oleh roda besi yang seharusnya melindungi. Dan kini, mereka bersumpah: tak akan berhenti sebelum keadilan benar-benar datang.

No comments:
Post a Comment