Upaya Mempertahankan Tradisi Ketupat Mini Seafood Di Tengah Pandemi
Kabar Surabaya - Setiap daerah di Indonesia ini pasti memiliki tradisi kearifan lokal yang berbeda satu daerah dengan daerah lainnya. Hal inilah yang kemudian membuat Indonesia menjadi negara yang kaya akan keanekaragam budayanya. Namun, tradisi lokal ini rawan sekali punah bila terus tergerus oleh perkembangan jaman. Apalagi perkembangan jaman yang serba modern, digital dan semakin canggih ini.
Lantas, bagaimana di Kota Surabaya sendiri..?. Meskipun Kota Pahlawan ini sudah menjelma menjadi Kota yang maju dan modern, namun masih banyak sudut-sudut kampung yang memiliki Tradisi kearifan budaya lokalnya yang cukup kental. Beberapa Tradisi ini bahkan ada yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini.
Tradisi Ketupat Mini ini selalu dilaksanakan oleh masyarakat setempat, tepat satu minggu setelah hari Raya Idul Fitri. Biasanya satu minggu setelah Idul Fitri ini masyarakat pada umumnya juga merayakan hari Raya Kedua, yaitu hari Raya Ketupat (Rioyo Kupat) sebagai penanda selesainya Puasa enam hari di Bulan Syawal.
Pada prakteknya, Tradisi Ketupat Mini ini dilakukan oleh mereka yang ingin berbagi dengan msyarakat disekitarnya. Jadi, mulai pukul 07.00wib, beberapa rumah yang ada di Kelurahan Bulak ini mulai menggelar lapaknya berupa meja kecil yang diatasnya sudah tersaji aneka ragam kuliner seperti jajan pasar, ketupat, lepet, sayur lodeh, dan makanan khas laut seperti Kepiting Rajungan dan Keloan Udang.
Pada saat Pandemi COVID-19 seperti saat ini, Tradisi Ketupat Mini tetap dilaksanakan. Namun semua penjual dan pembelinya diwajibkan mengenakan masker saat melakukan transaksi. Nantinya kuliner yang didapatkan langsung dibawa pulang ke rumah masing-msing untuk dimakan. Uniknya, para pembeli ini juga sabar untuk mengantri dengan melakukan jaga jarak.
Menurut Bunda Tri, saat Pandemi COVID-19 seperti ini, banyak pihak yang mengkhawatirkan mengenai penularan Virus kalau Tradisi ini tetap dilakukan. Karena biasanya masyarakat begitu antusias untuk membeli sehingga berpotensi menimbulkan kerumuman. Namun Ibu tiga anak ini bisa meyakinkan mereka, kalau tradisi ini bisa tetap dilaksanakan dengan mematuhi Protokol Kesehatan yang dianjurkan oleh Pemerintah.
No comments:
Post a Comment