Ternyata Karena Ini Istri Pasien, Lumuri Hazmat Petugas Dengan Kotoran Saat Akan Merawat Suaminya (Kronologis Lengkap) - Kabar Surabaya

Terbaru

Thursday, October 1, 2020

Ternyata Karena Ini Istri Pasien, Lumuri Hazmat Petugas Dengan Kotoran Saat Akan Merawat Suaminya (Kronologis Lengkap)


Ternyata Karena Ini, Istri Pasien Lumuri Hazmat Petugas Dengan Kotoran Saat Akan Merawat Suaminya (Kronologis Lengkap)


Kabar Surabaya - Pada saat pandemi Virus COVID-19 masih mewabah seperti saat ini, semua pihak harusnya ekstra hati-hati dan lebih patuh lagi terhadap protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Protokol kesehatan seperti pemakaian masker, jaga jarak dan sering cuci tangan dengan sabun adalah kegiatan yang harus dilakukan dengan disiplin ketat. Apabila dilaksanakan dengan baik, ketiga hal tersebut akan sangat membantu untuk memutus mata rantai penularan Virus Corona di Indonesia. 

 

Hingga saat ini semua pihak masih tetap berjuang untuk meredakan serangan virus COVID-19 di daerahnya masing-masih. Tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat adalah garda terdepan yang harus berhadapan langsung dengan Virus Corona ini. Meskipun sudah banyak rekan mereka yang akhirnya gugur karena serangan Virus Corona ini, namun semangat dokter dan perawat ini masih tetap kuat. Mereka tetap bekerja dengan iklash demi masyarakat banyak. Apapun rintangannya dan seberat apapun masalahnya mereka rela untuk mengorbankan segalanya.

 

Hal ini seperti yang terjadi di Kota Surabaya pada hari Selasa (29/9/2020) lalu. Tenaga medis yang berniat untuk meng-evakuasi pasien positif COVID-19 malah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari pihak keluarga. Bahkan dengan sengaja, istri dari pasien tersebut melumurkan "kotoran" ke APD yang dikenakan oleh tenaga medis tersebut. Foto baju hazmat yang dilumuri oleh kotoran berwarna kuning dan bau itu saat ini viral diberbagai media. 

 

Febriadhitya Prajatara,selaku Kabag Humas Pemkot Surabaya akhirnya memberikan kronologis lengkap dari peristiwa tersebut. Menurut Febri, peristiwa tersebut terjadi pada hari Selasa (29/09/2020) yang lalu. Kejadian ini berawal dari pemeriksaan SWAB Tes yang dilakukan komplek Rumah Susun Bandarejo, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo pada hari Rabu (23/9). Pada saat SWAB Test, petugas langsung mendatangi rumah pasien, dan melakukan SWAB ditempat. Sedangkan saat itu semua keluarga pasien sedang tidak ada di rumah.

 

Hasil SWAB Tes pasien tersebut baru keluar pada hari Senin (28/09/2020). Ternyata hasilnya, pasien tersebut dinyatakan positif COVID-19 yang disertai dengan penyakit bawaan (komorbid) berupa stroke. Hal inilah yang akhirnya membuat tenaga kesehatan Kota Surabaya memutuskan mengevakuasi pasien dari rumahnya untuk dibawa ke Rumah Sakit BDH agar bisa mendapatkan perawatan yang maksimal.

 

Pada hari Selasa sore pukul 15.30wib, pihak Puskesmas mengutus Tim yang terdiri dari empat orang, yaitu perawat, Linmas, Driver Ambulance dan Bidan. Menurut Anwar (perawat), sebelum menuju ke Rusun Bandarejo, Tim telah meminta izin dari anak pertama dan menjelaskan bahwa pasien harus dirawat di Rumah Sakit. Setelah mendapatkan izin, tim langsung berangkat menuju rusun Bandarejo.

 

Sesampainya di rusun, Petugas langsung menyiapkan tandu (brankar) lalu naik ke lantai dua tempat pasiren yang akan dievakuasi tersebut. Dengan sigap tim langsung memindahkan pasien keatas brankar lalu siap untuk membawanya turus. Namun saat baru saja keluar dari kamar tiba-tiba dari arah belakang muncul wanita yang merupakan istri dari pasien tersebut. Dengan memakai tangan wanita tersebut merogoh sesuatu dari dalam kantong plastik yang dibawanya.

 

Sekejap kemudian tangannya langsung berlumuran kotoran yang diduga dari manusia yang berwarna kuning kecoklatan dan berbau sangat menyengat. Wanita tersebut lalu mendekati petugas yang saat itu sedang memandu suaminya. Dalam hitungan detik wanita tersebut melumuri baju hazmat yang dikenakan oleh petugas. Melihat baju hazmatnya dilumuri oleh kotoran yang berbau tidak sedap, petugas hanya bisa pasrah, mengingat saat itu mereka sedang memandu pasien.

 

Bukan itu saja, petugas bahkan juga diancam dan dimaki-maki oleh anak kedua pasien tersebut. Namun petugas tetap menjalankan tugasnya untuk mengevakuasi pasien sesuai dengan tugasnya. Karena memang pasien berkomorbid memang lebih baik jika dirawat di rumah sakit. (yyan) 


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad