Walikota Risma Ajukan Keberatan Serius Kepada Ikatan Dokter Indonesia dan PERSI - Kabar Surabaya

Terbaru

Tuesday, May 12, 2020

Walikota Risma Ajukan Keberatan Serius Kepada Ikatan Dokter Indonesia dan PERSI

Walikota Risma Ajukan Keberatan Serius Kepada Ikatan Dokter Indonesia dan PERSI


Kabar Surabaya - Sampai hari ini Kota Surabaya masih menjadi kota urutan pertama dengan jumlah pasien positif COVID-19 tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data terakhir dari Pemkot Surabaya, Kota Pahlawan ini memiliki 741 orang pasien Positif Corona, 1.636 PDP dan 606 ODP. Angkanya pasien positif ini setiap harinya selalu naik dengan denga angka puluhan orang. 



Hal inilah yang mengakibatkan hingga saat ini kondisi rumah sakit rujukan COVID-19 di Kota Pahlawan selalu dalam keadaan penuh. Bahkan beberapa diantaranya sampai mengalami over kapasitas. Hal ini membuat pihak Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim berencana akan membuat rumah sakit darurat guna menampung pasien COVID-19 tersebut.    

Sampai saat inipun, masih banyak pasien COVID-19 asal Kota Surabaya yang harus menjalani karantina mandiri di rumah akibat sudah penuhnya daya tampung Rumah Sakit di Kota Pahlawan ini. Hal ini rupanya sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Data pasien yang ada ternyata cukup mengejutkan, karena hampir 50% pasien yang dirawat di Kota Surabaya ini berasal dari luar kota yang di rujuk ke Kota Surabaya.



Hal inilah yang akhirnya membuat Walikota Surabaya Tri Rismaharini keberatan. Orang nomor satu di Kota Surabaya ini mengajukan keberatannya kepada Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jawa Timur dan Ikatan Dokter Indonesia Surabaya (IDI). Beliau mdelakukannya di sela-sela paparan kepada kedua organisasi yang bergerak di bidang kesehatan tersebut dai Halaman Balai Kota Surabaya,

Selama ini Walikota Risma mengaku selalu mengalah saat ada pasien COVID-19 dari luar kota di rujuk ke Kota Surabaya untuk dilakukan perawatan secara intensif. Beliau juga paham apabila banyak pasien dari luar Kota Surabaya yang belum begitu percaya dengan fasilitas Rumah sakit yang ada di daerahnya. Namun karena jumlahnya yang cukup banyak inilah yang akhirnya membuat Walikota Risma sedikit sewot dan tidak bisa menerimanya. 



"Kenapa pasien dari luar Kota Surabaya selalu diterima terus,,???, padahal se-Jawa Timur banyak sekali rumah sakit rujukan," Ucap Walikota Risma. "Ini saya kira tidak adil, masa, warga Surabaya sendiri tidak bisa dapat tempat perawatan dikotanya sendiri..???," sambungnya.

Walikota Risma sangat mengeluhkan hal tersebut, mengingat di Rumag Sakit Umum daerah milik Pemkot Surabaya, yaitu Rumah sakit dr.Soewandhie dan Rumah Sakit Bakti karya Husada (BDH) sudah hampir dipenuhi oleh pasien dari luar kota. 



Menurut Walikota Risma, tidak jarang banyak pasien COVID-19 yang di rujuk ke Kota Surabaya ini juga didampingi oleh keluarganya. Sedangkan bisa jadi status keluarganya ini adalah Orang Tanpa Gejala (OTG). Hal ini tentunya sangat membahayakan bagi warga Kota Surabaya sendiri. Contoh-nya saat keluarga pasien yang berstatus OTG ini kemudian berjalan-jalan di Kota Surabaya untuk mencari makan atau kebutuhan yang lain. Tentunya resikonya sangat besar bagi Kota Surabaya.

Efek domino tersebut yang sering tidak terpikirkan ketika ada pasien COVID-19 dari luar kota di rujuk ke Kota Surabaya. Kalau dari warga Surabaya sendiri akan jelas, keluarganya otomatis akan masuk ke ODP dan PDP serta mendapatkan pengawasan penuh dari Pemkot Surabaya. Kalua warga dari luar kota, tentunya tidak bisa demikian, dan ini akan menjadi beban resiko untuk Kota Surabaya. 



Walikota Risma sangat berharap agar tidak semua pasien dari luar daerah langsung di rujuk ke Kota Surabaya. Kalau di daerah ada Rumah Sakit Rujukan COVID-19 harusnya dirawat dulu disana. 

Setelah mendengar amarah Walikota Risma, IDI dan PERSI akan berusaha untuk mengatur regulasi dan mensosialisasikan kembali tentang proses rujukannya. Hal ini agar kasus yang bisa ditangani oleh daerah, tidak perlu lagi harus dirujuk ke Kota Surabaya. Apalagi, saat ini sudah terdapat belasan rumah sakit di Jawa Timur yang sudah menjadi pusat rujukan dari penanganan Covid-19.


Dodo Anondo, selaku Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jatim mengatakan, sebenarnya rumah sakit di Kota Surabaya sangat cukup untuk menangani Virus Covid-19 jika pola rujukannya sudah sesuai dengan regulasi. Hanya saja banyak pasien yang kurang percaya untuk berobat di daerahnya sendiri, sehingga minta untuk dirujuk ataupun berobat ke Kota Surabaya.

“Surabaya itu sudah sangat luar biasa, kita sangat mengapresiasi semuanya, namun bebannya memang dari luar kota. Namun, kita tidak bisa menolak pasien, nanti kita akan coba buat polanya,” kata dr Dodo.



Saat ini ada beberapa Rumah sakit yang menjadi rujukan COVID-19 di SEluruh Jawa Timur, yaitu :
  1. RSUD Dr.Saiful Anwar Malang
  2. RSUD Dr Soedono Madiun
  3. RSUD Kabupaten SIdoarjo
  4. RS Islam Siti Hajar Sidoarjo
  5. RS Mitra Keluarga Waru
  6. RS Siti Khodijah Sepanjang
  7. RS Umum Anwar Medika
  8. RSUD Bangil
  9. RSUD Dr R. Soedarsono
  10. RSUD Tongas
  11. RSUD Dr. Mohammad Saleh.
  12. RS Daerah Dr.Soebandi Jember
  13. RS Tk.III Baladhika Husada
  14. RS Bina Sehat
  15. RS Citra Husada
  16. RS Paru Jember
  17. RS Jember Klinik
  18. RSUD Dr.Haryoto Lumajang
  19. RS Djatiroto.

1 comment:

  1. IDI harus lebih profesional. Baguslah bu Risma marah2 ke IDI karena menindas RS Surabaya.
    (Jsuparman)

    ReplyDelete

Post Bottom Ad